Gara-gara Harga BBM Naik, Facebook jadi bau Bensin!

Gara-gara BBM naik, Facebook jadi bau bensin. Itulah yang gue rasain saat ini. Di facebook setiap orang mengeluh dengan kenaikan harga BBM, apalagi hari ini, Rabu 19 November 2014 banyak orang, masyarakat, karyawan terutama Pelajar mengalami kesulitan mendapatkan angkutan umum. Ya, ORGANDA menginstruksikan anggotanya untuk mogok beriperasi sebagai protes kenaikan harga BBM.

Memang gak bisa disalahkan juga, kenaikan harga BBM bersubsidi secara langsung berpengaruh kesemua sektor, Pastinya harga-harga bahan pokok menjadi melambung tinggi, saat ini aja, harga cabai undah cukup mahal. Beruntung dirumah saya punya sedikit lahan kosong sebagai halaman rumah hingga bisa dimanfaatkan untuk menanam tomat dan cabe atau lalapan lainnya, sehingga gak perlu beli.

Gara-gara Harga BBM Naik, Facebook jadi bau Bensin!

Saya gak mempermasalahkan masyarakat maupun perusahaan angkutan untuk mogok, saya juga gak mempermasalahkan Mahasiswa berdemo hingga anarkis menolak kenaikan harga BBM. Sejatinya memang, kenaikan harga BBM Bersubsidi sangat berdampak buruk terhadap masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah. Pastinya akan merasa kesulitan membeli bahan pokok, sementara pendapatan mereka masih jauh dari kata cukup.

Saya punya pandangan tersendiri untuk masalah BBM ini, apalah saya, hanya sebagai masyarakat yang mengeluh saja, pemikiran saya juga masih jauh dangkal dibanding para pejabat pinter disana.

Saya hanya menyayangkan jika BBM Bersubsidi ini dinaikkan, terlebih Harga Minyak dunia cenderung turun. Bahkan Malaysia sendiri berencana menurunkan harga Minyaknya. Pemerinta Jokowi beralasan, kenaikan harga BBM Bersubsidi ini nantinya akan dialihkan ke sektor lain seperti Pendidikan, kesehatan dan Infrastruktur.

Rencana tersebut memang bagus, tapi disisi lain, justru mengorbankan masyarakat kecil.Pemerintah beranggapan, dengan menaikkan harga sebesar 2000 perak, katanya bisa mengirit hingga Rp.700 Triliun. Sebuah angka yang fantastis besarnya. Menurut Jokowi, uang tersebut bisa lebih dari cukup untuk memperbaiki infrastruktur di Tanah Air.

Saya hanya khawatir, rencana Jokowi tersebut justru menjadi bumerang, alih-alih membangun Indonesia dengan infrastrukturnya, justru uang tersebut lebih besar di gerogoti oleh tikus-tikus berdasi yang ada disekelilingnya. Sementara perubahan yang kita damba-dambakan hanya sedikit yang dirasakan.

Sementara disisi lain, 3 Kartu Sakti beliau saya rasa sebagai pemborosan saja. Apa gak ada cara lain? Indonesia sudah kebanyakan kartu yang menurut hemat saya kurang lebihnya masih sama alias sejenis. Bedanya hanya sedikit saja.

Saya jadi inget dengan sebuah artikel di sebuah web berita beberapa waktu lalu, tentang Bu Risma, Walikota Surabaya yang mengatakan dirinya gak perlu kartu-kartuan untuk Surabaya. Tapi cukup dengan teknologi sidik jari, kita bisa mengetahui data-data seseorang. Sebagai contoh, ada pasien yang sakit dibawa kerumah sakit, maka tinggal dilihat melalui sidik jarinya dan data-data lengkapnya akan ada di komputer.  Menurut Bu Risma, itu lebih simpel dan hemat biaya ketimbang mencetak kartu untuk jutaan penduduk.

Kalaupun Pemerintah tidak ada pilihan lain dan hanya bisa menaikkan harga BBM, saya sebagai masyarakat bodoh. Tolong lah, sebaiknya pikir dulu, lebih baik BBM bersubsidi ini tetap dengan harga sebelumnya atau bahkan harga BBM Bersubsidi bisa dikurangi dengan catatan tepat sasaran. Sampai saat ini kan masalahnya cuman itu, BMM Bersubsidi tidak tepat sasaran, orang-orang kaya juga menikmati BBM murah tersebut.  Ini kan maslah teknis, masa masalah teknis aja masih belum bisa diatasi, malah sekarang mengorbankan masyarakat kecil.

Minimal Angkutan umum yang melibatkan jasa ke orang banyak tetap mendapatkan harga BBM yang murah, atau kalaupun harus menggunakan Kartu, tambah lagi kartu BBM Sakti, masyarakat kecil dengan pendapatan dibawah sekian bisa mendapatkan BBM murah dengan menunjukkan kartu BBM Sakti. Atau cara apapun lah yang penting BBM bersubsidi bisa tepat sasaran.

Tapi, apapun itu, Harga BBM udah naik broh... Kita hanya bisa mendumel saja... Yang Pro BBM pasti udah bisa ngehasilin uang sendiri, ya wajarr.. yang gak wajar, BBM naik tapi setuju dan kekeuhh alias ngotot,. ehhh sementara dia beli BBM aja masih pake uang Ortu, sementara Ortunya jadi sedikit terbebani dengan harga BBM naik ini. Semoga dengan kenaikan harga BBM ini bisa membuat Indonesia lebih maju. Amin.

0 Response to "Gara-gara Harga BBM Naik, Facebook jadi bau Bensin!"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel